RADEN AJENG KARTINI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam karya tulis ini penulis banyak menceritakan tentang kehidupan seorang Raden Ajeng Kartini. Ia merupakan seorang pahlawan yang juga berjasa kepada bangsa Indonesia. Ia merupakan pahlawan wanita yang berani dan juga seorang wanita yang bertanggung jawab kepada keluarganya.
Didalam lingkungan keluarga Raden Ajeng Kartini sejak ia berusia 12 tahun ia harus mau dipingit karena itu sudah menjadi tradisi keluarganaya. Namun, Kartini tidak mau dipingit karena ia ingin seperti teman-temannya yang sekolah tanpa harus dipingit. Namun, walau bagaimanapun Kartini tetap harus dipingit walaupun Kartini sudah berusaha memberontak kepada orang tuanya. Namun, tetap tak diijinkan oleh orangtuanya.
Lihat betapa susahnya orang pada zaman dahulu untuk sekolah. Jadi bagi para pembaca yang sekolah jangan sampai mensia-siakan sekolah. Kita harus bisa menghargainya karena ilmu itu sangat berarti. Didalambuku yang penulis baca Kartini juga memiliki cita-cita. Cita-cita Kartini merupakan cita-cita dari masyarakat.
Jalan perjuangan Kartini cukup panjang karena pada mulanya Kartini berontak akan agama dan juga adatnya. Namun Kartini selalu berfikir dan melihat agamanya dan juga adatnya ternyata ada baiknya. Maka lambat laun setelah itu Kartini menjadi orang yang sabar dan tawakkal. Perasaan itu timbul karena banyaknya alangan yang dilihat dan dirasakannya.
Kedudukan Kartini bukan hanya menyatakan pikiran dan cita-cita serta perasaan saja, tapi juga untuk dikemudian hari. Tidaklah heran jika sekarang gerakan perempuan mengangkatnya menjadi lambang.
Keadaan masyarakat pada lingkungan Kartini membuatnya ingin mengubah kebiasaan adatnya. Karena, Kartini tinggal dilingkungan yang juga setengah barat khususnya warga Belanda. Kartini juga sering bergaul kepada temannya orang barat tidak hanya itu Kartini juga sering berkiriman surat terutama pada saat Kartini dipingit.
Kartini merupakan orang ramah karena Kartini bisa bergaul dengan siapa saja dan juga Kartini termasuk kedalam lingkungan keluarga yang bisa dibilang dari keluarga yang kaya.
Penulis memilih buku ini karena, penulis mengharapkan para penbaca bisa mengetahui dengan lebih jelas dan lebih mendalam dari sosok seorang Kartini. Dan juga penulis harapkan semua perilaku baik Kartini bisa dijadikan tauladan yang baik bagi kehidupan sehari-hari.
Penulis juga menghrapkan dengan karya tulis ini kita bisa lebih banyak mengetahui tentang Kartini. Karena, penulis akan menceritakan banyak hal tentang Krtini dan juga diharapkan pembaca bisa mengerti tentang perbuatan yang dilakukan Kartini.
Kita juga harus mencontoh sikap  Kartini yang ingin maju tidak hanya selalu terperuk pada zaman yang tidak sesuai lagi dan juga keram,ahan Kartini kepada orang lain dan tidak menyombongkan atau membanggakandirinya walaupun Kartini termasuk golongan keluarga ningrat Kartini tetap ramah kepada orang walaupuiun dari negara yang berbeda kita harus rukun dan bisa bekerja sama dengan negara lain.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1        Dirundung cita-cita, di hambar kasih sayang
1.2.2        Batu alangan hampir terguling banyak berubah dalam rohani
1.2.3        Batu besar penghalang jalan telah terguling,telah berobah di jiwa kami
1.2.4        Lama dirindukan,dapat dilepaskan
1.2.5        Di samping laki-laki

1.3          Ringkasan
Kartini ialah seorang gadis jawa yang tidak suka akan peraturan adat istiadatnya. Salah satu adat yang tidak disukainya ialah dipingit. Dipingit adalah mengurungkan seseorang dalam jangka waktu yang tidak tertentu.

Namun, walaupun begitu Kartini tetap mau menghargai adat istiadatnya. Kartini tidak pernah mencaci adat istiadatnya. Kartini merupakan contioh bahwa perempuan zaman dahulu juga sangat ingin mengecap pendidikan.

1.4          Tujuan
Penulis memilih buku yang yang berisi tentang kehidupan R.A Kartini supaya pembaca bias mengetahui lebih banyak tentang Raden Ajeng Kartini.
Dan juga penulis mengharapkan pembaca bias mengambil kesimpulan tentang kehidupan Kartini dan juga mengambil hal-hal yang positive dari kehidupan Kartini dan bias dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga mengharapkan semua masyarakat tidak melupakan Raden Ajeng Kartini. Karena Kartini termasuk pahlawan wanita.

1.5          Manfaat
Manfaat buku ini adalah supaya masyarakat bias mengetahui semua tentang kehidupan Raden Ajeng Kartini yang penuh dengan lika-liku kehidupan dan begitu masyarakat bias lebih menghargai Raden Ajeng Kartini karena ia berjasa bagi bangsa Indonesia.
Dan juga agar masyarakat mengetahui bahwa zaman dahulu betapa sulitnya orang Indonesia untuk memperoleh pendidikan dan juga orang Jawa harus menurut dengan adat istiadatnya.

1.6          Metode Penulisan
Adapun dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode perpustakaan. Yaitu suatu metode yang bersumberkan dari buku-buku yang dibaca,dipahami,dan dianalisis oleh penulis sendiri.
Adapun lampiran dari karya tulis ini penulis memperolehnya dari situs internet.karena untuk melengkapi karya tulis ini penulis harus mensertakan lampiran berupa gambar.penulis memperoleh gambar dari situs di internet.

1.7          Sistematika penulisan
Halaman judul
Lembar pengesahan
Motto dan persembahan
Kata pengantar
Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1  latar belakang
1.2  Perumusan masalah
1.3  Ringkasan
1.4  Tujuan penelitian
1.5  Manfaat penelitian
1.6  Metode penelitian
1.7  Sistematika penulisan

BAB II KAJIAN TEORETIS
2.1 Berkenalan
2.2 Pada kakiku ternganga jurang, di atas diriku melengkung langit terang cuaca
2.3 Jika mendapat izin dari bapak
2.4 Mendapat karib timbul harap
2.5 hampir dapat,lulus juga
2.6 Harapan baru berbahagia pula

BAB III PEMBAHASAN

BAB II
KAJIAN TEORETIS


2.1 Berkenalan
2.2 Pada kakiku ternganga jurang, di atas diriku melengkung langit terang cuaca
2.3 Jika mendapat izin dari bapak
2.4 Mendapat karib timbul harap
2.5 hampir dapat,lulus juga
2.6 Harapan baru berbahagia pula

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kata pembimbing
3.1.1 Haruslah dengan insaf
Nama dan cita-cita Kartini jadi sebutan dan disegani orang. Tiap tahun dalam bulan april, di seluruh negeri ini Kartini di peringati oleh kaum perempuan bangsa Indonesia.
Kita juga merasa wajib menyelidiki apa-apa sebabnya Kartini dimuliakan demikian itu. Dengan mencari sebab-sebabnya itu, tahulah kita nanti bagaimana rupa kehormayan yang ditunjukkan kepadanya dan di mana tempat Kartini yang sebenarnya. Karena jangan lupa,di pihak orang yang memuliakannya, ada juga yang berlebihn memujanya, mengatakan dia melakukan kebajikan yang sebenarnya bukan dilakukan Kartin,dan di lain pihak ada pula orang yang mencoba menurunkannya dari geta,yang didirkan orang buat dia.
Jika kita sudah insaf apa-apa sebabnya kita menghormatinya, menjadi lebih teranglah dan jelaslah cita-citanya dan wujud rupa kehormatan kita kepadanya yang sepantasnya, tahulah kita bagaimana sebenarnya memuliakan dia.

3.1.2 Turunan Tjondronegoro
R.A Kartini cucu pangeran Ario Tjondronegoro, bupati Demak, yang terkenal suka akan kemajuan. Beliaulah bupati yang pertama-tama,yang mendidik anak-anknya, laki-laki maupun perempuan dengan pelajaran Barat.
Pada tahun 1902 di seluruh pulau Jawa dan Madura hanya enpat orang Bupati, yang pandai menulis dan bercakap-cakap dalam bahasa Belanda, ialah Bupati Serang (P.A.A. Achmad Djajadiningrt); Bupatii Ngaw (R.M. Tumenggung Kusumo Utoyo); Bupati Demak (Pangeran Ario Hadiningrat,paman R.A.Kartini) dan Bupat Jepara (bapak R.A.Kartini, R.M. Adipati Ario Sostroningrat).Di cirebon ada beberapa orang bupat yang ada sedikit-sedikit mendapat didikan. Selebihnya pada masa tu masih kolot. Dari situ kelihatan betapa majunya keluarga Kartini. Pamannya itu bukan sekali dua menjadi anggota commissie yang didirikan pemerintah untuk menyelidiki suatu perkara. Dalam permulaan abad ini didirikan perhimpunan Bupati,maka yang menjad ketua yang pertama-tama Pangeran Ario Hadiningrat itulah.
Nenek R.A.Kartini seorang yang suka maju, yang tidak  mempedulikan celaan orang, terus saja melakukan apa yang baik pada pikirannya. Beliau seorang perntis jalan. Sepeninggal beliau, masih juga disebut-sebut orang namanya dengan hormatnya. Turunan Tjondronegoro terkenal keluarga yang suka maju. Anak-anaknya semuanya dengan insaf menerima warisan bapaknya. Saudara sepupu Kartini banyak yang lepasan H.B.S., sekolah yang tertinggi yang ada di negeri kita ini waktu dahulu, dan seorang saudaranya di negeri Belanda, belajar.

3.1.3Hal ihwal hidup Kartni
Kartini lahir pada tanggal 28 rabiulakhir tahun jawa 1808 (21 aprl 1879) di Mayong,kabupaten Jepara,kemudian sekolah Belanda di Jepara,tempat kedudukan bapaknya menjadi bupati. Di masa bersekolah Krtin merasa bebas, waktu sudah berumur 12 tahun tiba-tiba dipaks dtutup (dipngit).pada waktu sudah berumur 16 tahun (tahun 1895) bolehlah dia melihat dunia luar lagi. Setelah 6 bulan kemudian Katini dipngit lagi tetap baru dalam tahun 1898 diberi kemerdekaan dengan resmi bahkan dizinkan turut bepergian ke luar tempat tinggalnya.
Ada  suatu kejadian yang dialami Kartini pada masa itu, yang tiada boleh tidak meninggalkan bekasnya dalam hati sanubarinya, yang mengingatkan kepadanya,bahwa dia lain dari pada  anak gadis Eropa, lain dari lak-laki, bahwa nasb anak gadis jawa alah menurut saja, Cuma satu tujuan hidupnya, ialah nikah dengan oaring yang tidak dkenalnya.
Pada suatu ketka, di sekolah, di waktu istirahat dilihatnya salah seorang kawannya sedang asyik belajar bahasa Perancis, karena hendak pergi ke negeri Belanda, meneruskan pelajarannya di sekolah guru.
Kawannya itu bertanya, hendak ke mana dia  nanti setelah mendapat surat tamat belajar. Kartini tiada tahu jadi apa ia nanti. Pertannyaan kawannya itu tiada hendak hilang-hilang dari ingatannya. Sedatangnya di rumah, ditannyakannya kepada bapaknya.kebetulan datang salah seorang saudaranya, yang dengan segera mengatakan, “apa lagi, jika tidak menjadi Raden Ayu,” Kartini girang mendengar jawaban itu, tetapi  belum tahu apa maksud “Raden Ayu” itu.
Diawas-awasinya keadaan di sekelilngnya, tampaklah dia beberapa banyak Raden Ayu,kemudian diselidiknya keadaannya. Banyaklah yang diketahuinya tentang nasib Raden Ayu itu, karena itu timbullah semangat dalam hatinya, tidak suka menjadi Raden Ayu, tidak suka nikah dengan orang yang  belum dikenalnya.
Kartini merasa sep di tengah-tengah keluarganya. Kartini anak yang kelima. Yang sulung ialah R.M. Sosroningrat,di bawahnya Pangeran A. Sosrobusono yang  menjadi Bupati di Ngawi,sesudah itu Raden Ayu Tjokroadisosro, dan Drs. R.M. Sosrokartono.
Adik-adik Kartini ialah R.A. Rukmini, yang kemudian menjadi R.A. Santoso (kudus), R.A. Kardinah, yang kemudian menjadi R.A. Reksonagoro, Bupati Tegal, R.A.Kartinah (menjadi R.A. Dirdjoprawiro), R.M. Sosromuljono, R.A. Sumantri (menjadi R.A. Sosrohadikusumo). Dan R.M. Sosrorawito.
Kartini tiada suka bergaul, jika terpaksa  karena manusia itu hanya mentertawainya saja, karena adapt negerinya, dia tiada dapat mencari perlindunagan kepada ibu-bapaknya,kepada hati jiwa mereka,sebab itu dicarinya pelipur hatinya yang sangat menanggung itu, di dalam buku, sahabatnya yang diam, tiada suka berkata-kata itu.
Lain dari bapaknya dan saudaranya Sosrokartono,hendaklah juga diperingatkan pengaruh dan pelipur yang diberi oleh kawan-kawannya orang Eropa. Pada mulanya Nyonya Ovink-Soer yang menjadi tempatnya berlindung, sehingga disebutnya ibu.
Pergaulan    mereka seolah-olah saudara kandung saja.Nyonya Ovink-Soer selamanya  menggembirakannya, dia pulalah yang berdaya upaya supaya Kartini dibebaskan dari  terungkunya, tetapi tiada jarang  dia merasa bimbang, mengingat apa jadinya Kartini nanti. Sebelum akhir tahun 1899,nyonya Ovink-Soer pindah ke jombang,karena suaminya dipindahkan ke sana. Pada saat itu Kartini telah dengan nona Estele Zeehandelar, di negeri Belanda.
Waktu kartini sudah berumur 16 tahun (tahun 1895), saudaranya perempuan nikah. Kartinilah yang menjadi tertua. Pergaulan dengan adik-adiknya yang selama ini kaku saja., pada pangkal tahun 1900 adiknya Rukmini (Beni) dipingat pula. Rukmini waktu itu sudah berumur 14 ½  tahun,jadi dua tahun lebih lama merdeka dari kakaknya.
Pada tanggal 8 Agustus 1900 Kartini berkenalan dengan Mr. Abendanon, yang  datang berkunjung ke jepara bersama istrinya. Kemudian jalan cita-cita Kartini banyak terbimbing oleh Mr. Abendanon dan istrinya, yang lambat laun menjadi pengganti nyonya Ovink-Soer, yang berangkat  ke negeri Belanda pada akhir tahun 1902. lain dari membaca Kartini suka menulis karangan dalam majalah dan surat kabar. Selalu dia menerima permintaan mengarang.
Pada waktu itu dicita-citakannya hendak pergi ke negeri Belanda, kemudian jika tidak dapat,hendak ke betawi sekolah dokter. Setelah bertemu dengan Mr. Abendanon, hendak pula menjadi guru di sekolah anak gadis yang akan didirikan nant. Kemudian  ada pula dicita-citakannya hendak ke Mojowarno, belajar menjadi bidan. Di masa itu zending baru mulai berkembang di sana.
Pada tahun 1902, Kartini berkenalan dengan tuan Van Kol dan nyonyanya (Nellie), yang sangat setuju dengan cita-cita Kartini hendak pergi ke negeri Belanda belajar. Pada tanggal 26 Nopember 1902 Van Kol janji dari minister jajahan, bahwa Kartini dan saudaranya Rukmini akan diberi belanja belajar di negeri  Belanda.
Pada  tanggal 25 Januari 1903 Mr. Abendanon berkunjung ke jepara dapat menasihati Karyini supaya jangan belajar ke negeri Belanda, karena akan merugikan cita-citanya saja. Kartini mengiakan kata Abendanon itu.
Atas ajakan Mr. Abendanon dikirim Kartini kepada rekes  pemerintah supaya diberi belajar di Berawi menjadi guru. di sampng itu di beri Mr. Abendanon nasihat, supaya jangan menunggu balasan rekes, supaya terus saja bekerja mendirikan sekolah sendiri. Maka oleh Kartini dan adiknya dimulai mendirikan sekolah.
Pada pangkal tahun 1902, adiknya yang bernama Kardinah,  sudah nikah. Hal itu sangat melemahkan hati Kartini, menjadi salah satu hal yang membuat dia berubah dalam rohani.

3.1.4 Keadaan masyarakat
R.A. Kartini sudah dididik sama sekal dengan pelajaran Barat. Lain halnya dengan P.A.A. Djajadiningrat, yang masih mendapat didikan dalam pesantren. Dengan pendek dapat dikatakan, bahwa di zaman Kartini masyarakat di sekelilingnya sudah mulai  tergoyang dari akarnya, yang tumbuh did lam tanah adapt istiadat dan agama. Demikian pulalah orang muda di zaman itu, karena orang tiada dapat dipisahkan dari masyarakatnya.
Adat istiadat di waktu itu tiada membolehkan perempun berpelajaran dan tidak boleh bekerja di luar rumah, menduduki jabatan di dalam masyarakat. Perempuam itu Cuma wajib mengurus rumah tangga dan mendidik anak-anaknya.
Anak gadis itu dididik supaya menjadi budak orang laki-laki. Pengajaran dan kecerdasan dituhkan dar padanya. Kebebasan tiada padanya. Dengan rngkas, banyak kewajibannya tetapi haknya tidak satu juga.

3.1.5 Hendak  jadi perintis jalan
Dari sejak dahulu keluarga Kartini turun temurun menjad perintis jalan, di dalam darah dagngnya sudah ada rasa hendak menjadi perintis jalan itu. Apalagi dia turunan     oaring bangsawan, yang selamanya berkewajoiban memimpin. Itulah sama sekal yang memberi dia keinginan dan kemestian mesti menjadi perintis jalan supaya merombak adapt istiadat yang Cuma memberi hak kepada orang laki-laki dan tiada sedikit juga kepada kaum perempuan.

3.1.6 Sipat cita-cita Kartini
Kartini tiada sama sekali melarang perempuan kawin, malahan hal itu dipandangnya pelabuhan yang paling banyak memberi bahagia kepadanya. Jadi belajar vak itu Cuma perlu supaya jangan dapat dipaksa kawin dengan orang yang tidak disukainya, dan juga supaya jangan merasa wajib takluk kepada suaminya. Jika perempuan itu berpelajaran, lebih cakaplah dia mendidik anaknya dan lebih cakaplah dia mengurus rumah tangganya, dan lebih majulah bangsanya. Jadi sebetulnya, cita-cita Kartini menjadi Cita-cita memjukan bangsanya dalam segala lapangan.

3.1.7 Kartini ialah penunjuk jalan
Kartini seorang pengangan-angan, yang banyak menaruh cita-cita, dia seorang yang banyak memandang ke dalam. Apa yang berat dilihatnya, apa yang kurang adil di dunia luar, apa yang menyedihkan hatinya, diperjuangkannya dalam dirinya.orang yang bersipat bekerja ke luar harus becermin kepada hasil perjuangan orang,sebagai Kartini itu. Kartini cuma  seorang penunjuk jalan  saja.

3.1.8 Perjuangan dengan diri  sendiri
Perjuangan yang dperjuangkan oleh Kartini dalam jiwanya dan dirinya bukan berbatas kepada dirinya dan masyarakatnya sendiri, melainkan jadi mengenai semua manusia perempun. Hal itu ternyata benar dalam jalan perjuangan Kartini seperti yang tersirat dalam surat-suratnya. Akan mencapai cita-cita menjadi guru itu sebetulnya dia tiada usah meneruskan pelajarannya. Hal itu ada diterangkan oleh tuan Abendanon kepadanya.
Cita-citanya mungkin juga berhasil, apabila Kartini suka berbuat demikian,Karena pada masanya itu di daerah Jawa Barat sudah ada pula yang bercita-cita sepert dia itu, tetapi tiada tinggal berangan-angan saja, melainkan dengan segera dilakukannya cita-citanya dengan pengetahuannya yang sudah ada padanya. Nama perempuan yang mulia itu alah R. Dewi Sartika. Dalam tahun 1904 ddirikannya sekolah anak gadis yang pertama-tama yang dsebutnya  “Sekolah Istri”. Sekarang sudah banyak turunan sekolah itu,bernama  “Keutaman-Istri”.

3.1.9 Cita-cita Kartini, cita-cita masyarakat
            Hal R.Dewi Sartika itu memberi bukti, bahwa Kartini saja yang mengandung cita-cita semacam cita-cita Kartini itu, melainkan ada juga orang lain. Dalam tahun 1902 sudah dbentuk commissie yang wajib memberi nasihat dalam hal ikhtiar mengadakan sekolah vroedvrouw. Di dalam commissie itu ada duduk juga paman Kartini, ialah Pangeran Ario Hadiningrat,bupati Demak.
            Pada permulaan tahun 1904, directur Onderwijs, Eredienst en Nijverheid, diwajibkan membuat perjalanan di seluruh pulau Jawa supaya diselidiknya dapat tidaknya industrie Bumiputra ditolong dengan uang dan undang-undang. Dengan ringkas, cita-cita dan pikiran Kartini bukanlah cita-cita dan pikirannya saja, melainkan cita-cta dan semangat masyarakat di sekelilingnya.

3.1.10 Kedudukan Kartini
            Dapatlah sekarang lebih tepat menunjukkan kedudukan Kartini, ialah bukan hanya menjadi penyatakan pikiran dan cita-cita dan perasaan saja, tetapi buat selanjutnya di kemudian hari juga.
Dengan melahirkan cita-cita yang dikandung oleh masyarakat tempatnya tinggal itu, cita-cita tupun berbalik kepada masyarakat itu menjad penggembirakan.

3.1.11  Yang membimbing Kartini
            Perjuangan Kartini buat kemajuan masyarakatnya, menjadi perjuangan di dalam jiwanya, sudah kta terangkan di atas tadi. Bukan perjuangan yang berbatas kepada suatu masyarakat, kepada suatu manusia saja, melainkan sudah menjadi perjuangan yang mungkin juga terjadi di negeri mana juga, ialah perjuangan dengan diri sendiri dalam berjuang membuat peri kemanusiaan, seperti sudah kita terangkan pula di atas.
Kemauan hati ada, tetapi ada pula kelemahan hati yang menambatnya, yang membuatnya seolah-olah burung garuda yang terkulai sayap, yang mencoba-coba melayang lagi, membubung ke langit. Dia hendak  membubung itu bukan buat dirinya sendiri, melainkan buat keperluan orang lain. Buat sesamanya manusia, tetapi dia yang musna, dia yang menderita.
            Selain dari spatnya itu ada juga lagi yang menambatnya cintanya kepada bapaknya dan ibunya. Kartini tiada berdiri sendiri, dia terpaut kepada keluarganya. Jika dia kena cacian orang, tercoreng jugalah muka keluarganya. Dan keluarganya itu bukan orang yang biasa saja.
Karena itu keluarganya itu menaruh bimbang, meskipun lebih maju dari keluarga bupati yang lain. Kartini tiada sampai hatinya menyedihkan hati mereka, karena cintanya kepada masyarakat itu, terutama kepada bapaknya.
            Itulah pula yang membuat dia merasa bimbang tiada tahu memlih kewajiban man . ada pula hal lain lagi, yang susah mengatakannnya disini, yang juga tiada tersebut dalam suratnya itu. Tetapi jika kita hendak menilik penghidupan dan perjuangan Kartini dengan sebenar-benarnya, mestilah juga kita terangkan.
Kartini ada beribu dua. Kartini lahir dari ibu yang kedua. Hal itu tentu dilihatnya sehari-hari. Sebenarnya rukun juga di dalam kabupaten itu. Tetapi perkara bermadu itu, yang dicaci Kartini, itulah yang dikehendakinya supaya lenyap kiranya. Jika dicelanya adat beristri lebh dari satu itu, bukankah tu berarti Kartini melawan bapaknya.sudah nasib orang sepert Kartini yang sudah hidup di zaman yang akan datang. Bahwa orang tiada mengerti akan dia, karena itu dia merasa diperlakukan kurang adil. Kejengkelan itu terasa dalam surat-suratnya.

3.1.12 Jalan perjuangan Kartini
            Kartini pada mulanya mencaci agamanya dan adat istiadatnya, mukanya selamanya dihadapkannya kea rah barat. Kemudian berubah juga, kemudian dipandangnya adat istiadatnya dan pikiran-pikiran yang terkandung dalam bangsanya ada juga baiknya. Jiwa Kartini pada mulanya berontak, cita-citanya hendaklah dengan segera berlaku, lambat laun  dia menjadi sabar dan tawakkal. Perasaan sabar dan tawakkal itu timbul karena banyaknya alangan yang dilihatnya dan dirasainya.
Cukuplah buat dia jika dia Cuma pembuka jalan saja, orang lainlah nanti yang meneruskan, malahan pada akhirnya katanya “akan datang juga kiranya keadaan baru dalam duna Bumiputra kalau bukan karena kami, tentu oleh karena orang lain.” Katanya pula “janganlah kami coba dengan paksa mengubah adat kebiasaan negeri kami ini bangsa kami yang masih sepert anak-anak itu, akan mendapat yang dikehendakinya, yang mengkilap bercemerlangan. Kemerdekaan perempuan tak boleh tidak akan datang juga pasti akan datang jua, hanyalah tiada dapat dipercepat datangnya”.
            Karena tahu diarti sabar dan tawakkal itu, pandailah dia menahan hati, pandailah dia melihat kebaikan adat istiadat bangsanya dan agama bangsanya itu. “alangkah bebalnya, bodohnya kami, kami tiada melihat, tiada tahu, bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan di samping kami.”(surat kepada tuan E,C. Abendanon)
            Dengan ringkas dapatlah kita katakana, bahwa dalam berjuang buat cita-citanya, berubahlah dia dalam rohaninya, bukan saja berubah, melainkan juga menjadi masak, berubah semangatnya, maka hal-hal yang dahulu dicacinya, dipandangnya rendah, kurang dihargainya, menjadi berubah dipandangnya. “yang berubah itu sebenarnya di dalam diri kami, maka disinarinyalah segala yang ada dengan cahayanya.”
Dan celaan terhadap agama itu sebenarnya adalah suatu bukti, bahwa ada hasratnya akan kebenaran, katanya sendr, “sudah kam dapatlah Dia, yang bertahun-tahun lamanya didahagakan oleh jiwa kami dengan tiada setahu dir.”

3.1.13  Bahasa Kartini
            Apa sebabnya buku yang memuat surat-suratnya itu sangat disukai orang membacanya ? ilah karena indahnya gaya bahasanya, karena mengandung perasaan yang dalam, lagi ditopang oleh cita-cita yang suci, oleh perjuangan jiwa manusia yang menjadi perjuangan yang dapat dirasakn semua manusia adanya. Gaya bahasanya itu sama sipatnya dengan perjuangannya itu, seolah-olah tangkainya dan akarnya, Cuma dapat seolah-olah berayun perlahan-lahan,tertahan-tahan.
            Karena bahas yang indah itu menjadi pembawa cita-cita,perjuangan Kartini, hal itulah yang membuat Kartini lebih ternama dari yang lain-lain. Lagi pula karena Kartini dibantu, disetujui oleh golongan kecil, tetapi berpengaruh di dunia gerakan perempuan di negeri Belanda, dan pemerintah.

3.2 Dirundung cita-cita,dihambar kasih sayang
3.2.1 Berkenalan
Ingin benar hati Kartini berkenalan dengan seorang anak gadis modern, gadis yang berani, yang sanggup tegak sendiri, gadis yang saya sukai dengan  hati jantung saya, anak gadis yang  melalui jalan hidupnya dengan langkah yang tangkas, dengan riang suka hati, tetap gembira dan asyik, yang berdaya upaya bukan hanya untuk keselamatan bahagia dirinya sendiri saja, melainkan juga untuk masyarakat yang luas besar itu, yang ikhtiarnya pun akan membawakan bahagia kepada banyak sesamanya manusia.
Bila boleh oleh adat lembaga negeri Kartini, inilah kehendak dan upaya Kartini ialah menghambakan diri semata-mata kepada daya upaya dan usaha perempuan kaum muda di Eropa. Tetapi adat kebiasaan yang sudah berabad-abad itu, ada yang tak mudah merombaknya itu, membelenggu dalam genggamannya yang amat teguh.
Bukan hanya suara dari luar saja, suara yang datang dari Eropa yang beradab, yang hidup kembal itu, yang datang masuk kedalam hati saya. Yang jadi sebab Kartini ingin supaya keadaan yang sekarang ini berubah.
Kami, gadis-gadis masih terantai kepada adat istiadat lama, hanya sedikitlah memperoleh bahagia dari kemajuan pengajaran itu. Kami anak perempuan pergi belajar ke sekolah, ke luar rumah tiap-tiap hari, demikian itu saja sudah dikatakan amat melanggar adat. Ketahuilah, bahwa adat negeri kami melarang keras gadis keluar rumah.
Ketika Kartini sudah berumur dua belas tahun, lalu saya ditahan dirumah. Kartini dkurung didalam rumah, seorang diri,sunyi senyap terasing dari dunia luar. Saya tiada boleh keluar ke dunia itu lagi, bila tiada serta seorang suami, seorang laki-laki yang asing sama sekali bagi kami, dipilih oleh orang tua kami untuk kami, dikawinkan dengan kami, sebenarnya dengan tiada setahu kami.
Empat tahun, yang tak terkira lamanya, saya berkhalwat diantara empat tembok tebal, tiada pernah sedikit juapun melihat dunia luar. Betapa saya dapat menahan kehidupan yang demikian, tiadalah saya tahu. Hanya yang saya ketahu, masa itu amat sengsara.
Saya berkehendak bebas, supaya saya boleh dapat berdiri sendiri,  jangan bergantung kepada orang lain, supaya jangan sekali-kali dipaksa kawin. Tetapi kami mesti kawin. Tiada bersuami adalah dosa yang sebesar-besar dosa yang mungkin diperbuat seorang perempuan Islam, malu yang sebesar-besar malu yang mungkin tercoreng di muka seorang anak gadis Bumputra dan keluarganya.
Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat seperti siput layaknya. Bila agak cepat, dicci orang, dsebut kud liar. Kepada kakakku laki-laki maupun perempuan, kuturuti semua adat itu dengan tertibnya, tetapi mulai dari Kartini ke bawah, kami langgar seluruhnya segala dat itu.
Apabila mahir bahasa Belandaku, sudah pastilah nasibku di kemudin hari. Terbentanglah pada tempatku bekerja yang luas, aku pun akan jadi seorang yang bebas, karena ingatlah Kartini orang jawa sejati, tahulah Kartini semua hal dunia Bumiputra. Betapa juga lamanya seorang Eropa tnggal dipulau Jawa, tahu hal keadaan Bumiputra sekalipun, tiadalah mungkin juga sama maklumnya dengan orang Bumiputra itu sendiri  tentang segalanya yang ada di dunia kami Bumiputra.
Agama Islam melarang umatnya mempercakapkannnya dengan umat agama lain. Agama itu maksudnya akan menurunkan rahmat kepada manusia, supaya ada penghubungkan silaturahmim segala makhluk Allah. Sekaliannya kita ini bersaudara, bukan karena kita seibu-sebapa,ialah ibu bapak kelahiran manusia, melainkan oleh karena kita semuanya makhluk kepada seorang Bapak, kepadaNya, yang bertakhta di atas langit.

3.2.2 Pada kakiku ternganga jurang, di atas diriku melengkung langit  terang cuaca
Perempuan yang lebih tua dari pada Kartini, akan tetapi bangsanya kurang, tiada pernah Kartini izinkan menyatakan hormat yang ada jadi hakku. Aku tahu, dia suka sekali berbuat begitu, meskipun Kartini jauh lebih muda daripada dia, karena Kartini seorang keturunan bangsawan asal,  yang sangat disembah dijunjungnya, sedang barang dan hartanya relalah mereka mengurbankan untuk bangsawan itu.
Terharu hati kita,  melihat setianya orang itu kepada kepala-kepalanya.tidak senang hatiku melihat orang yang tua dari padaku lalu berjongkok-jongkok di hadapanku.
Banyak orang Eropa disini berputih mata melihat orang Jawa, orang yang dibawahnya perlahan-lahan maju, dan tiap-tiap kali ada saja orang kulit hitam timbul,membuktikan, bahwa dia ada juga berotak dalam kepalanya dan berhati jantung dalam dadanya, tiada bedanya dengan orang kulit putih.
Perbuatlah sehendak hatimu, menahan paksaan zaman tiada engkau akan dapat. Kartini sayang akan orang Belanda, sayang, amat sayang, dan banyaklah terima kasih Karrtini, karena banyaklah kepunyaan yang boleh kami rasai sedapnya dan banyaklahnya yang sudah kami rasai sedapnya, oleh karena pertolongannya.
Banyak,amat banya dari padanya, boleh kami sebutkan sahabat karib kami, akan tetapi banyak. Amat banyak pula yang memusuhi kami berani berdaya upaya jadi cerdas dan maju hampir-hampir sama dengan dia.
Sekarang tahulah Kartini,mengapa orang Belanda tidak suka, kami oang Jawa maju. Apabila si Jawa itu telah berpengetahuan tiadalah ia hendak mengia dan mengamin saja lagi, akan barang sesuatu yang dikatakan dipikulkan kepadanya oleh orang yang diatasnya.
Gerakan orang Jawa itu baru mulanya saja. Perjuangan akan sangat hebatnya, prajurit gerakan itu, bukan hanya lawannya saja yang harus dilawannnya, melainkan juga hati tawar orang sebangsanya sendiri, padahal keperluan bangsa itulah yang diperjuangkan.

3.2.3 Jika mendapat izin dari bapak
Ibu sudah tahu, betapa hati kami senantiasa ingin akan pergi ke Eropah. Tadinya sudah kami padakan akan belajar disini saja, karena Eropa tiada akan tercapai oleh kami. Tahun yang lalu sedianya kami sudah berbesar hati benar, karena akan pergi ke Betawi, sungguhpun ketika itu angan-angan kami masih melayang-layang ke Eropa jua. Kami hendak memohonkan kepada pemerintah Hindia mengirimkan kami ke negri Eropa dengan belanja negeri.
Rukmini akan belajar menggambar dan melukis patung, supaya di kemudian hari dapat memberikan tenaga untuk menghidupkan lagi, seni Hindia ini, ialah salah satuupaya memakmurkan rakyat. Adik Kartini yang seorang lagi akan belajar disekolah rumah tangga, supaya kemudian dapat mengajarkan kepada gadis-gadis yang bakal jadi ibu, suatu kepandaian yang perlu benar dipelajarioleh rakyat Jawa yang tak tahu akan sakit hidup, dan gila kebagusan yang berlebih-lebihan.
Dan Kartini akan belajar menjadi guru, supaya dapat mengajarkan kepada gadis-gadis yang bakal jadi ibu itu lain daripada pengetahuan, juga arti kasih dan adil seperti sudah kami ketahui oleh karena orang Eropa.
Alangkah banyaknya tenaga, yang sekiranya boleh berguna dan membawa rahmat bagi tanah dan bangsa, tinggal tiada terpakai, oleh karena orang yang mempunyai tenaga itu, oleh karena congkak dan angkuhnya tiada sudi mempergunakannya.
Orang bangsawan itu lebih suka papa dan menanggung sengsara, dari pada baik hidupnya, tetapi harus bekerja tiada berpayung keemasan melindungi kepalanya yang bangsawan itu. Segala barang yang tiada ditudingi oleh barang yang sangat diingininya itu, yang tidak ditudungi payung keemasan, hinalah bagi orang bangsawan itu.
Sementara waktu ini, alangan yang terutama harus kami hilangkan, ialah alangan yang ada dirumah kami sendiri dan kamipun merasa girang, segirang-girangnya jika mendapat izin dari bapak.
Kami hendak mencari perhubungan dengan laki-laki kaum kami yang terpelajar dan berhaluan kemajuan, hendak mencoba bersahabat dengan dia, lagi pula akan mencoba mendapat bantuannya.
Tetapi sekarang ini belum boleh kami berhubungan dengan laki-laki bangsa kami yang muda-muda. Dengan segera saja kami akan dituduh orang berbuat sumbang. Menurut pendapat orang sekali-kali tidak selayaknya perempuan yang belum bersuami bersahabat dengan laki-laki, baik yang sudah kawin, maupun yang belum kawin.
Nanti bila sudah kami peroleh kebebasan kami, barulah dapat kami bekerja. Kami ada tahu, bahwa memang ada juga laki-laki yang menghargai perempuan, yang beradab dan berpikiran. Ada Kartini dengar seorang pegawai negeri Bumiputra yang berpangkat tinggi mengatakan, bahwa perempuan yang beradab dan terpelajar menjadi penolong dan pembantu yang berharga bagi laki-laki.

3.2.4 Mendapat karib timbul harap
Perempuan itu nasibnya mengharukan hati Kartini. Perempuan itu masih dinistai dan ditintas dalam berbagai-bagai negeri pda masa kemajuan ibni, Kartini  bela dia dengan setianya dan senangnya, kata nyonya.
Terima kasih, nyonya mengucapkan yang sedap dan menyenangkan demikian itu, nyatalah dengan terangnya, belas kasihan nyonya Abendanon, rasa nyonya turut menanggung derita sesama manusia, hamba Allah yang berabad-abad lamanya. Dan sekarang ini dianiyanya oleh manusia laki-laki.
Nasib perempuan Bumiputra yang menyedihkan itu, lalu hendak memasang pelita menjadikan terang dunia perempuan yang gelap muram itu. Hati perempuan Bumiputra itu sudahlah cukup banyak lukanya, roh anak yang tiada bersalah cukup sudahlah dideritanya.
Saudara Kartini si kulit putih,yang sangat pengasih penyanyang, yang luas pemandangan, yang berpikiran tajam, tolonglah kami, angkatlah kami dari pada li\umpur derita sengsara ini, tempatr kami didorong dibenamkan poleh loba laki-laki.  Tolonglah kami, melawan loba laki-laki yang ganas.
 yang semata-mata memikirkan dirinya sendiri itu, sifat loba iblis yang sepanjang masa mengazab menindas perempuan,sehingga, karena biasa disiksa, tiadalah lagi memandang siksaan itu alim.melainkan menerimanya dengan hati tunduk dan tawakkal, memandangya jadi hak laki-laki yang sesungguhnya.
 Jadi pusaka, penderitaan setiap perempuan. Benar, Kartini masih muda, tetapi Kartini tiada buta dan tiada tuli, dan banyaklah sudah yang Kartini lihat dan yang Kartini dengar, bahkan sudah terlalu banyak, sehingga hati Kartini hancur karena sedihnya, sehingga dicambuknya hati Kartini supaya Kartini  tegak berdiri melawan adat, kebiasaan yang kutuk bagi perempuan dan anak-anaknya.

3.2.5 Hampir dapat, lulus juga
Kami tiada hendak, tiada dapat percaya, bahwa hidup kami akan biasa jadinya, tiada lebihnya dari orang lain, akan tetapi sungguhpun demikian, tiadalah dapat kami bayang-bayangkan dalam hati kami, bahwa hidup kami yang bagus itu akan terkabul jaga akhirnya. Coba cita-cita kami hampir sajalah tercapai, yakni menurut sangka kami hanya beberapa hari saja lagi memisahkan kami dari kehidupan baru, hasrat hati kami itu.
Harapan tinggal harapan pedih rasa hatiku, mengenangkannnya lagi. Kami disini tiada memperkatakannya lagi, tetapi diam tanda mengia, belum tanda mengalah.
Kami sudah sampai sejauh itu akan melepaskan semuanya kami tidak suka, dan sekali-kali tiada niat kami hendak membuangkannnya, tak pernah terniat yang demikian itu.

3.2.6 Harapan baru berbahagia pula
Seminggu yang lalu ada datang berkunjung ke rumah kami, Direktur pengajaran, Ibadat dan Kerajinan serta istrinya. Direktur itu dengan sengaja datang, hendak mendengarkan sendiri pendapatan bapak tentang usul yang tiada lama lagi hendak disampaikannya kepada Pemerintah, ialah usul mendirikan sekolah gadis Bumiputra. Tadinya Kartini sakit, dan merasa malang ketika surat itu diberikan kepada Kartini, Kartini sembuh, dan sesegar-segarnya.
Hal itu menyatakan kepada Kartini bahwa Direktur itu sederhana sipatnyadan bahwa rasa angkuh tinggi hati, dengan tiada kecualinya yang ada melekat pada hampir semuanya pegawai negeri, rasa angkuh itu jauh dari padanya.
Teramat baiknya, Direktur hendak mendirikan dan memberikan pengajaran bagi anak gadis Bumiputra.

3.3  Batu alangan hampir terguling banyak berubah dalam rohani
3.3.1  Alangkah bahagianya hatiku, bapak mufakat
Rasa hati Kartini riang gembira berteriak-teriak, merajalela suka ria dalam hati saya, ketika saya tahu dengan tiada salahnya lagi, ketika saya tahu dengan tida salahnya, ketika saya tahu, bapak yang saya cintai, saya dewa-dewakan itu menerima pikiran, kehendak dan ingin hati saya dengan tiada luka hatinya.
Bapak sudah berkenan sudah terkalahkan kesukaran, sudah tergulingkan batu rintangan yang sebesar-besarnya. Tahulah saya bapak ada disamping saya, dengan gentarnya, riang gembira dengan langkah ringan, senyum pada bibir, saya pun berjalan menempuh musuh.
Dalam setengah tahun ini ada kelihatan kegiatan oarang Bumiputra belajar bahasa kamu yang molek itu. Banyak orang Eropa tak senang melihat hal itu, tetapi bnayak pula orang yang mulia hati, yang menyambutnya dengan suka hati, lalu digembirakannya usaha itu.

3.3.2  Selamat berlayarlah engkau, cita-cita
Karena itulah maka Katini sangat gembira akan maksud yang mulia itu hendak menyediakan bagi gadis Bumiputra pendidikan dan pengajaran, sudah saya maklum. Bahwa itulah saja yang sedih ini.
Dan pengajaran untuk gadis-gadis itu bukan kepada perempuan itu saja akan mendatangkan rahmat, melainkan pun kepada masyarakat Bumiputra seluruhnya.
Dan didalam kalangan perempuan Bumiputra itu sendiri, sepanjang pengetahuan kami. Orang sangat bergembira hati mendengar maksud itu. Semua orang yang kami lawan mempercakapkan hal itu, hendak menjadi kanak-kanak kembali, supaya dapat pula turut merasai pengajaran itu.
Alangkah bagusnya sekolah Bumiputra di pati, kudus, japara dan distrik-distrik dapat menunjukkan kepada nyonya bukti-bukti yan pertama, yang kelihatan, bahwa iktiar yang baik kalangan rakyat memasukan anak gadisnya ke sekolah dan jumlahnya terus bertambah banyak.
Asal jangan dilepaskan maksud yang mulia itu maksud mengadakan pengajaran bagi gadis Bumiputra umumnya, oleh karena orang tua anak-anak gadis itu tiada suka, biarlah, sudah senang juga hatiku.

3.3.3  Kami merasa bersyukur juga, ya Tuhan
Alangkah banyaknya barang yang menjadikan kita harus bersyukur. Karena Tuhan tiada melahirkan kita tuli. Maka tiada habis-habisnya kami merasa bersyukur.

3.3.4  Mengenangkan jalan hidup setahun
Sudahlah lampau setahun lamanya setahun penuh dengan hidup gelisah, setahun ada Kartini riang gembira, ada Kartini sedih meratap, ada Kartini merasa nikmat sebesr-besarnya, tetapi ada pula berjam-jam bimbang Sudahlah lampau setahun lamanya setahun penuh dengan hidup gelisah, setahun ada Kartini riang gembira, ada Kartini sedih meratap, ada Kartini merasa nikmat sebesr-besarnya, tetapi ada pula berjam-jam bimbang berputus asa, bersedih hati tiada terderita, berjam-jam merasa siksaan neraka, menderita pedih sedih dalam setahun itu lebih lama daripada 21 tahun.

3.3.5  Mencari pelipur dan ketetapan hati
Kerapkali bila aku berawan hati,berduka cita menampak bermacam-macam kedsedihan dalam kehidupan ini, putus asalah Kartini karena melihat orang sebanyak itu melarat. Sedang Kartini tiada berkuasa menolong mereka, melihat sebanyak itu orang berbuat lalim, tiada menaru kasih barang sedikit, maka terlipurlah hati kami.
Masyarakat Bumiputra sudah gelisah, semangat hendak majusudah sampai kepadanya, sudah menjadi buah tutur dan pikiran, akan tetapi terbendung oleh kasih sayang sudah berurat berakar pada sanubari orang Jawa, yaitu kasih sayang akan adat yang sudah lam kuno itu. Amat banyak lagi yang harus diperjuangkan dalam diri sendiri banyak pula lagi pertjuangan lain yang harus diselesaikan, barulah berbagai-bagai pendirian dan dasar hidup yang sudah kolot itu, yang tiada sepadan lagi dengan zaman, terkubur dalam=dalam di dalam tanah, sehingga tiada akan bangun-bangun lagi.

3.3.6  Cita-cta mengawang-awang, di mana izin bapak ?
Bila Kartini jadi guru pada sekolah yang jadi tempat tumpangan murid sekali, haruslah aku sehari-hari bergaul memelihara anak itu,pada malam hari pun. Beratlah kewajiban orang yang jadi kepercayaan, besae pulalah pertanggungannya.
Tapi bohonglah kami, bila kami katakan, bahwa cita-cita kami menjadi dukun beranak. Dari bapak, kami telah mendapat izin pergi ke mojowarno akan belajar dukun beranak, bila sekiranya jalan ;lain tertutup bagi kami.
Salah satu dari pada cita-cita yang hendak Kartini sebarkan ialah hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya baik tidak terpaksa baikpun karena terpaksa, haruslah juga segan menyakiti makhluk lain, sedikit pun jangan sampai menyakitinya.
Segenap cita-citanya kita hendaklah menjaga sedapat-dapatyang kita usahakan, supaya semua makhluk itu terhindar dari penderitaan.
Kemudian Kartini hendak menempuh juga ujian bahasa Jawa dan Melayu. Bagaimana pikiranmu tentang segala cita-cita Kartini.

3.3.7 Tenang berani terus berjuang  lawan jadi kawan
Kartini tahu bahwa isi suratnya yang lalu itu akan menduka citakan hati tuan keduanya. Tuan keduanya pasti akan bersenang hati mendengar, bahwa kami sekarang telah tenang sungguhpun keadaan seperti sedia kala. Tiada gelap lagi di dilam sanubari kami, damai dan tenang yang sungguh-sungguh telah turun kedalamnya.
Bercerai dengan cita-cita itu, akan menggelamkan kami. Bukan hari ini, bukan baru kemarin, kami berpikir, merasa menanggung, hidup bagi keperluan perkara kami itu. Segala cita-cita kami bagus kata bapak, keinginan kami akan ilmu dan keadilan, dibenarkannya.
Bapak disayangi dan disegani dalam kalangan orang Eropa, maupun dalam kalangan keluarga kami sendiri. Tidak ada bupati yang menjadimenantu bapak, tetapi baapak mendidik anak-anaknya,laki-laki maupun perempuan,jadi orang yang berpikiran. Ikhtiar, itulah jasa yang menyebabkan bapak jadi banyak disegani dan disayangi oleh orang.
Dan rasa segan dan sayang orang yang berpikiran luas, tiada akan berkurang, melainkan berangsur bertambah, bila bapak mengizinkan kami memenuhi hasrat jiwa kami yang ditimbulkan oleh bapak sendiri, sehingga bermahkotalah ikhtiarnya itu.

3.3.8  Tenang berani, lawan jadi kawan
Pada pendidikan janganlah akal saja dipertajam, tetapi budipun harus dipertinggi.dan tiap-tiap kali Kartini mendengar atau melihat sesuatu yang menggetarkan badan Kartini karena benci, atau yang melukai hati Kartini karena sedih, membubunglah pula doa Kartini.
Besar cita-cita Kartini,dapat kiranya berhubungan dengan semua laki-laki terpelajar dan ingin kemajuan. Sekarang bisa dikatakan tiada mungkin sama sekali.orang akan segera menuduh kami. Persahabatan antara laki-laki dan perempuan, antara anak-anak gadis, dipandang orang sebagai suatu hal tak boleh terjadi.

3.3.9  Serasa masygul ; hati tiga serangkai-serkah Satu
Kartini sendiri tiada peduli akan permusuhan itu, tetapi hal itu dapat merugikan perkara kami. Bila Kartini nanti jadi guru, boleh jadi banyak orang tua yang segan mempercayakan anaknya kepadaKartini, oleh sebab Kartini hendak mengubah adat yang sudah menjadi turun-temurun.
Bapak tiada akan mengizinkan Kartini menulis demikian, yakni sementara waktu ini. Sudah banyak kali tawaran kesempatan untuk bernuat demikian, Kartini tiada boleh.
Sejak dari dahulu, adalah jadi maksud Kartini menerbitkan karangan yang demikian, tetapi Kartini sendiri  merasa, belumlah lagi waktunya sekarang untuk menjalankan maksudnya itu. Kartini merasa dirinya belum lagi sanggup berbuat demikian, masih banyak lagi hal-halyang perlu, yang belum kuketahui. Masih banyak lagi yang harus dilihat,didengar, yang harus dirasakan, dipikirkan, dimenungkan dengan sungguh-sungguh benar.

3.3.10 Memenungkan keadaan diri sendiri
Kartini berpikir memikirkan keadaan sendiri, Kartini menungkan tenang-tenang dan diluar, disekeliling Kartini, amatlah banyaknya orang yang menderita dan yang sengsara hidupnya.
Tiada terkatakan olehku, betapa nikmatnya rasa hatiku, dapat juga sekarang belajar. Sekarang, baru mengulang-ulang yang sudah kuketahui dan yang sudah dapat olehku, tetapi lebih 10 tahun Kartini tiada belajar-belajar lagi.
Tidak terlukiskan riang gembira rasa hati, bila ternyata, orang lain menyetujui dengan sepenuh hatinya barang sesuatu yang bagus pada pemandangan kita, terutana bila barang yang bagus itu, buah pikiran dan rasa hati kita sendiri.

3.4  Batu besar penghalang jalan telah tergulng, telah berobah di jiwa kami
3.4.1 Mendapat izin dari ibu bapak, cahaya Tuhan tumbuh dalam ruh-kami
Alangkah susahnya dan sedihnya, akan patah rasanya hidup kami, bila untuk berusaha mewujudkan cita-cita kami, tiada dengan seizin dan berkat orang tua kami. Kami amat sayang kepada orang tua kami itu. Ibu bapak telah mengizinkan dengan sepenuh-penuhnya.
Akhirnya datang juga ketiknya Kartini menyatakan kehendak Kartini. Dari mana Kartini peroleh kesabaran tiadalah Kartini tahu, maka Kartini setenang itu mempertahankan cita-cita.
Tiadalah Kartini pikirkan lebih dahulu apa yang akan Kartini katakan, tiada dapat Kartini berpikir, terlalu banyak yang mengacau dalam pikiran Kartini.
Ada kuasa, lebih tinggi, lebih besar dari pada semua kuasa di bumi ini. Pastilah adaruh yang baik hati disekeliling kami, tiadalah terkatakan oleh Kartini, betapa sayangnya ibu kepada kami selama ini. Sampai sekarang tiada berubah-ubah sayangnya kepada kami.
Sekarang lebih kokoh terasa oleh kami badan kami, dan segala sesuatu tampak oleh kami dengan cahaya yang sangat berlainan dengan dahulu. Sudah lama ia berdaya upaya, tumbuh dalam ruh kami.

3.4.2 Berseru diri kepada Tuhan, menyelam ke dalam lautan jiwa bangsa
Allah atau Tuhan, bagi kami bukanlah lagi ucapan hampa, kata itu selalu diucapkan orang dengan tiada dipikirkan. Bagi kami kini bunyinya suci. Sesungguhnya Tuhan tiada memperdebat kewajiban sesorang masing-masing diberi Tuhan tenaga yang perlu akan mengajarkan pekerjaan yang ditanggungkan Tuhan kepadanya.
Kini setelah Kartini tinjau ke masa yang lalu, tampaklah kepada Kartini di sana terutama tangan Tuhan. Siapa yang mengutus sahabat kepada kami, pada ketikanya benar, pada ketika kami berjuang dan bergumul dengan sendirian, hampir-hampir akan tenggelam dalam lautan, karena putus asa.
Tuhan sajalah yang akan tahu akan keajaiban dunia, tanganNyalah yang mengemudikan Alam seluruhnya. Dialah yang mempertemukan jalan yang berjauhan letaknya, supaya terjadilah jalan baru.
Semakin dalam Kartini menyelami kedalam lautan jiwa bangsa kami, semakin tinggi derajat jiwanya itu pada pemandangan Kartini. Dibangsa Eropa yang budiman dan bujangga biasanya kedapatan pada beberapa lapisan saja.

3.4.3 Betapa aman sentosanya diri kami, kami dilindungi Tuhan, hati      sanubari telah berubah
Senangnya, bahagianya rasa hati, kalau senantiasa mencari barang yang bagus dan barang yang baik dalam segala hal. Nur Tuhan itu ada dalam tiap-tiap orang, dalam apa saja, malahan juga dalam sesuatu yang amat buruk kelihatannya. Kebenaran itu wajiblah meresap  ke dalam hati banyak-banyak orang, dan mereka itu wajiblah memandangnya kewajiban, kewajiban yang memperindah hidup, bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Itulah sebabnya maka Kartini berkehendak, jika mendidik anak, haruslah juga diusahakan mendidik watak, yakni yang terutama haruslah juga diusahakan iialah memperkukuh rasa kemauan anak yang dididik itu. Rasa kemauan itu wajiblah dibesar-besarkan oleh pendidikan, terus menerus.
Orang berputus asa,kamipun berputus asa pula. Tiada seorang juapun yang hendak menerangkan kepada kami apa-apa yang tiada dapat kami pahamkan. Tuhan kami ialah hati sanubari kami, neraka dan surga kami ialah sanubari kami. Bila kami berbuat salah, sanubari menghukum kami, bila kami berbuat baik, maka sanubari kami memberkati kami. 

3.5 Lama dirindukan, dapat dilepaskan
3.5.1 Bukan ke negeri Belanda, ke Betawi sajalah
Ketika itu timbullah di hati kami maksud yang buas,hendak pergi, pergi sejauh-jauhnya, melepaskan diri dari segala yang telah meracun menyakiti hati akmi. Berjalan, jauh pergi ke tempat berudara bersemangat yang lain, ke negeri lain akan bernapas dalam udara daerah lain, dan bila luka parah jiwa kami sudah smbuh serta semnagat, dan barangkali juga badan kami telah menjadi kuat, kami pulang kembali ke dalam masyarakat kami yang lama seolah-olah lahir kembali, akan berdaya upaya memperbaoko masyarakat itu.duka nestapa itu takkan kami tanggungkan lagi. Bila kami telah tiba di negeri Belanda.
Keadaan bapakku,yang sakit keras, pun menyuruh kami berpikir. Segala kejadian yang yang merawankan hati pada waktu sakitnya itu masih tergambar dimataku. Lamalah adik Kartini dan Kartini mempercakapkan dan memenungkan kata-kata bapak dan putusannya,pergi ke negeri Belanda itu di urungkan untuk sementara waktu dan harapan kami tidak lama lagi akan tiba di Betawi.

3.5.2 Menanti-nanti jawaban rekes
Betapa senangnya hati kami melihat tari wayang yang sebagus itu. Ada seorang penarinya yang amat pandai, sehingga tiada terlepas-lepas mata kami melihatnya menari. Tarinya amat halus dan bagus. Sebenarnya ia pereempuan, tetapi pada waktu menari ia berperan laki-laki.
Alangkah jelitanya tarinya itu. Tari menyatakan gagah perkasa laki-laki, tetapi dengan gaya dan manisnya.pada segala langgangnya, pada tiap-tiap gerak tarinya, ternyata kesabaran dan gayanya.demikianlah keindahan kemurnian seni kami.
Kedua hari pesta itu di Demak tiada akan kulupakan seumur hidup. Larut malam barulah kami pergi tidur. Namun, jawaban rekes belum kami teerima. Kami sangat ingin hendak menerimanya.

3.5.3 Menjalankan, cita-cita
Ibuku, kami sudah memulai pekerjaan kami yang jelita itu. Sampaikanlah terima kasih kami kepada tuan, atas nasihatnya, supaya kami mulai dengan segera meskipun tidak berakte. Sekolah kecil kami sudah tujuh orang muridnya,dan masih ada juga permintaan yang datang.
Murid kami yang pertama-tama ialah anak perempuan pgawai negeri yang sesaleh-salehnya di bagian ini. Ada kami bercakap-cakap dengan ibu anak itu, menerangkan serba sedikit, dan hasilnya ialah, suami istri itu mengirimkan anaknya kepada kami. Tetapi adiknya yang masih kecil, belum lagi berumur lima tahun, tiada mau tinggal dirumah, dia mesti turut.
Ya Allah, anak itu masih kecil belum dapat melihat ke atas meja. Kalau tiada diatas bangku kaki saya dudukkan, maka saya dudukkanlah dia dalam haribaanku. Anak kecil itu memaksa hendak menurut. Sesudah anak kecil itu, datanglah anak collektur dan seorang anak asisten collektur. Kemarin dulu Jaksa Karimun Jawa menyerahkan anaknya yang perempuan ke sini.
Kami mengucap syukur banyak-banyak. Orang tua anak-anak sangat setuju akan maksud kami, sehingga ada beberapa orang, memberikan benar-benar anak-anaknya kepada kami, tetapi kami belum suka menerimanya nanti, dengan segala senang hati.
Anak-anak itu datang empat kali seminggu, mulai pukul 4- 81/2. Mereka belajar menulis, membaca,merenda, menjahit, memasak dan sebagainay. Mereka itu tiada kami ajar menurut cara yang biasa disekolah, melainkan sebagaimana kesukaran anak-anak Jawa belajar sepanjang pikiran kami.

3.5.4 Masuk pelabuhan
Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunkan kesempatan itu lagi, karena Kartini sudah akan kawin, ataukah dengan keterangan karena sekarang ini adalah kesempatan yang lebih baik lagi, akan melakukan cita-cita saya hendak bekerja untuk bangsa kami bila Kartini ada di samping seorang laki-laki yang cakap, mulia, yang Kartini hormati, yang mencintai rakyat rendah sebagai Kartini juga.lebih banyak, kata saya, daripada yang dapat kami usahakan sebagai perempuan yang berdiri sendiri.

3.6 Di samping laki-laki, di situ makbul cita-cita
3.6.1 Sebagai isteri
Saya mengucap syukur, membiarkan saya dibimbing oleh orang yang ditunjukkan oleh Allah Yang Mahakuasa menjadi kawan saya seperjalanan menempuh hidup yang luas yang kerapkali sangat sukarnya ini.
Dan anak-anak kami susuahlah rasanya menggambarkan tentang kekayaan kami ini. Anak-anak kami itu sangat manisnya dan penyayang. Bapaknya telah melambuk hatinya dengan baik, telah didiknya sederhana dan rendah hati, kebetulan seperti yang senantiasa kuharapkan.
Segala barang yang sudah Kartini piker-pikirkan, telah ada dipikir-pikirkannya, dan banyak yang telah dilakukannya. Dahulu ada saya baying-bayangkan kehidupan yang kaya. Ialah hidup sebagai perintis jalan mencapai hak dan kemerdekaan bagi perempuan Jawa sekarang ini jadi istri seorang laki-laki yang tinggi budinya, ada menjadi penyokong yang kuat pada mencapai cita-cita yang senantiasa ada terbayang-bayang dihadapan mata semangat Kartini, maka sekarang ini keduanya pada Kartini ialah kehidupan yang kaya, maupun yang genap.
Hati bangsa Jawa sangat terikat kepada orang bangsawannya segala sesuatu yang dating daripada bangsanya yang berpangkat, sangat mudahnya mereka turuti. Demikianlah sekarang ini saya disisi suami saya, lekas dan lebih mudah mencapai hati bangsa dan pendidikan lanjut jaga.
Dahulu dirumah orang tua Kartini sudah kami mulai pekerjaan itu dan kini adik-adik Kartini perempuan meneruskan pekerjaan itu. Sekolah kami yang kecil itu di jepara sudah ada muridnya dua puluh dua orang anak-anak perempuan orang berpangkat.disini pun telah saya mulai pula pekerjaan itu, anak-anak Kartini sendiri ada jadi murid-murid Kartini yang pertama-tama. Dengan demikiaanlah kami orang jawa ini dapat mewujudkan mimpinya pada masa gadisnya.

3.6.2 Jika masa berkembang tiba, jauhkah masa kan laju ?

Surat  Kartini kepada ibunya
Ibuku sayang, Kartini mesti kerap kali mengenangkan ibu, apalagi dalam masa yang penghabisan ini. Dan tiap-tiap kali sayamengengkan ibu, timbullah rasa saying dengan lemah lembut didalam hati saya, tetapi bersama-sama dengan itu timbullah pula rasa sayu.
Rasa sayu, oleh karena ibu sangatlah jauhnya dari padaku, dan tidak lama lagi jauh tiada tercapai lagi olehku.
Mengapa jiwa yang berdekatan harus berpisahan jauh-jauh ? sangatlah besarnya dukacita saya, jika terlalu merindukan ibu.
Maka duduklah aku diam-diam merenung ke hadapanku, tiada mendengar, maupun melihat yang sebenarnya terjadi di sekeliling diriku. Saya ada, saya hidup dalam masa yang lalu, masa yang lalu yang manis dan pahit itu, tempat saya kerap kali melepaskan pikiranku tempat kasih ibu terjalin bagai karangan cahaya.saya menderita sambil merasa nikmat.
Hatiku penuh dengan rasa sayu tetapi sebaiknya ada pula rasa syukur, rasa syukur mendapat bahagia saying, diberikan oleh kasih saying ibunda kepadaku. Tiadalah habis-habisnya saya mengucapkan syukur kepada tuhan bahwa Dia mengantarkan ibu kepada kami.
Terimalah salam saya, ibu. Boleh jadi inilah surat saya penghabisan kepada ibu. Kenangkanlah kerap kali anak ibu ini, yang sangat disayangi tuan berdua. Sampaikanlah salam kami berdua banyak-banyak kepada tua, dan ibu kupeluk kutekankan kepada jantung hatiku.
Terima kasih, ibuku, atas nasihat supaya aku meriang-riangkan hatiku. Aku menjadi kuat, menjadi segar memikirkan jauh dari padaku, ada jiwa mengharap dan mendoa bagi keselamatan diriku, jiwa yang ada berjiwa pada jiwaku.
Orang yang ada melihaat aku pada beberapa hari ini, mengatakan aku lar biasa girangnya.
Apakah artinya lama wakttu merasa kesakitan, bila bahagia yang demikian senangnya itu ada jadi pahalanya ? saya telah rindu benar menanti biji mataku itu. Sungguhlah senang benar hati, jika mengetahui




Simpulan dan saran
Simpulan
Setelah membaca uraian di atas dapatlah kita menyimpulkan bahwa kita harus bersyukur karena kita tidak hidup di zaman yang sangat sulit untuk melakukan sesuatu dan juga kita harus bersyukur atas semua nikmat yang sudh diberikan.
Dan juga kita harus lebih menghargai pendidikan dengan cra belajar serius dan juga sungguh-sungguh. Kita harus bias mencontoh Kartini yang sangat ingin sekali belajar. Dan juga jangan mensia-siakan ilmu.

Saran
-          Penulis harap masyarakat lebih menghargai perjuangan para pahlawan
-          Penulis sarankan agar masyarakat tidak akan melupakan semua jasa pahlawan.
-          Penulis juga sarankan kepada para pembaca harus bias bersekolah dengan  bersemangat dan juga bersyukur karena bias bersekolah.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Armijn pane, Raden Ajeng Kartini,jakarta, 1978, PN.Balai pustaka
Bambang prasodjo, Raden Ajeng Kartini, jakarta, 1978,PN.Balai pustaka

Website
www.google.com